Selasa, 06 Maret 2012

Total Quality Manajemen (TQM)

oleh Damyke Selviyana Safitri

Pengertian Total Quality Manajement (TQM) Pendidikan
Definisi MMT (TQM), seperti definisi-definisi lainnya, berbeda-beda tergantung sudut pandang orang yang mendefinisikannya. MMT menurut Fandy Tjiptono & Anastasia Diana (1995) ialah suatu pendekatan dalam usaha memaksimalkan daya saing melalui perbaikan terus-menerus atas jasa, manusia, produk, dan lingkungan. MMT ialah sebuah konsep yang berupaya melaksanakan sistem manajemen mutu kelas dunia.
MMTP menurut West-Burnham (1997) ialah semua fungsi dari organisasi sekolah ke dalam falsafah holistis yang dibangun berdasarkan konsep mutu, kerja tim, produktivitas, dan prestasi serta kepuasan pelanggan. MMTP ialah suatu sistem manajemen yang menyangkut mutu sebagai strategi usaha dan berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi.
MMTP menurut Sallis (2003:17) ialah menciptakan budaya mutu dimana tujuan setiap anggota ingin menyenangkan pelanggannya, dan dimana struktur organisasinya mengizinkan untuk mereka berbuat seperti itu.
Dalam MMTP, pelanggan adalah yang berikuasa atau sebagai raja yang harus dilayani dengan sebaik-baiknya. MMT ialah budaya organisasi yang ditentukan dan didukung ileh pencapaian kepuasan pelanggan secara terus-menerus melalui sistem terintegrasi yang terddiri dari bermacam alat, teknik, dan pelatihan-pelatihan.
MMTP menyangkut filosofi dan metodologi. Filosofinya ialah pola pikir untuk mengadakan perbaikan terus-menerus, dan metodologinya ialah menjelaskan alat-alat dan teknik-teknik seperti curah pendapat (diskusi) dan analisis medn kekuatan yang digunakan sebagai sarana untuk melakukan perbaikan terus-menerus. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa MMTP ialah budaya peningkatan mutu pendidikan terus-menerus, fokus pada pelanggan sekolah demi kepuasan jangka panjangnya, dan partisipasi warga sekolah, keluarga, masyarakat, dan pemerintah.


Prinsip dan Komponen MMTP (Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan)

1.      Prinsip-Prinsip MMTP
Menurut Hensler dan Brunell (dalam Sceuing dan Christhoper,1993) ada empat prinsip utama dalam MMTP, yaotu sebagai berikut:


a.      Kepuasan Pelanggan
Dalam MMTP, konsep mengenai mutu dan pelanggan diperluas. Mutu tidak hanya bermakna kesesuaian dengan spesifikasi-spesifikasi tertentu, tetapi mutu tersebut ditentukan oleh pelanggan. Pendidikan dalah pelayanan jasa. Sekolah harus memberikan pelayanan jasa sebaik-baiknya kepada pelanggannya. Pelanggan sekolah meliputi pelanggan internal dan eksternal sekolah. Pelanggayun eksternal sekolah adalah orang tua siswa, pemerintah, dan masyarakat termasuk komite sekolah. Pelanggan internal sekolah adalah siswa, guru, dan staf tata usaha. Dalam arti lain, sekolah mempunyai pelanggan primer, sekunder, dan tertier. Pelanggan primer sekolah adalah siswa. Pelanggan sekunder sekolah adalah orang tua. Pelanggan tertier sekolah adalah pemerintah dan masyarakat. Kebutuhan pelanggan diusahakan untuk dipuaskan dalam segala aspek, termasuk harga, keamanan, dan ketepatan waktu. Oleh karena itu, aktivitasnya harus dikoordinasikan untuk memuaskan para pelanggan. Kualitas yang dihasilkan suatu perusahaan sam adengan nilai yang diberikan dalam rangka peningkatan kualitas hidup pelanggan, semakin tinggi nilai yang diberikan maka semakin besar pula kepuasan pelanggan. Esensi MMTP adalah semua pelanggan dalam MMTP harus dipuaskan.

b.      Respek terhadap Setiap Orang
Dalam sekolah yang bermutu kelas dunia, setiap orang disekolah dipandang memiliki potensi. Orang yang ad di organisasi dipandang sebagai sumber daya organisasi yang paling bernilai dan dipandng sebagai aset organisasi. Oleh karena itu, setiao orang diperlakukan dengan baik dan diberikan kesempatan untuk berprestasi, berkarier, dan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan.

c.      Manajemen Berdasarkan Fakta
Sekolah kelas dunia berorientasi pada fakta, maksudnya setiap keputusan selalu didasarkan pada fakta, bukan pada perasaan (feeling) atau ingatan semata. Ada dua konsep yang berkaitan dengan hal ini : (1) prioritasisasi, yakni suatu konsep bahwa perbaikan tidak dapat dilakukan pada semua aspek pada saat yang bersamaan, mengingat keterbatasan sumber daya yang ada. Dengan menggunakan data, manajemen dan tim dalam organisasi dapat memfokuskan usahanya pada situasi tertentu; (1) variasi atau variabilitas kinerja manusia. Data statistik dapat memberikan gambaran mengenai variabilitas yang merupakan bagian yang wajar dri setiap sistem organisasi.

d.     Perbaikan Terus Menerus
Agar dapat sukses setiap sekolah perlu melakukan proses sistematis dalam melaksanakan perbaikan berkesinambungan. Konsep yang berlaku adalah siklus yang terdiri langkah perencanaan, melaksenakan rencana, memeriksa hasil pelaksanaan rencana, dan melakukan tindakan korektif terhadap hasil yang diperoleh.
Perbedaan MMTP dengan pendekatan-pendekatan lain dalam menyelenggarakan sekolah adalah apa komponen-komponennya dan bagaimana menggunakan komponen-komponen tersebut.


2.       Komponen-Komponen MMTP
Komponen-komponen MMTP mempunyai 10 unsur utama (Goetsch & Davis, 1994) sebagai berikut.

a.       Fokus pada Kepuasan Pelanggan
Dalam MMTP, baik pelanggan intertnal maupun eksternal merupakan driven. Pelanggan eksternal menentukan mutu lulusan, sedangkan pelanggan internal menentukan mutu, proses, dan lingkungan yang berhubungan dengan lulusan.

b.      Obsesi terhadap Mutu
Dalam organisasi yang menerapkan MMTP, pelanggan menentukan mutu. Dengan mutu tersebut, organisasi harus terobsesi untuk memenuhi yang diinginkan pelanggan yang berarti bahwa semua keryawan berusaha melaksanakan setiap apek pekerjaannya. Apabila suatu organisasi terobsesi dengan mutu maka berlaku prinsip good enaugh is never good enaugh.

c.       Pendekatan Ilmiah
Pendekatan ini sangat diperlukan terutama untuk mendesain pekerjaan, dalam proses pengambilan keputusan dan pemecahan masalah yang berkaitan dengan pekerjaan yang didesain tersebut. Dengan demikian, data lapangan sangat diperlukan dalam menyusun patok duga, memantau prestasi, dan melaksanakan perbaikan.

d.      Komitmen Jangka Panjang
MMTP merupakan paradigma baru, untuk itu dibutuhkan budaya sekolah yang baru pula. Komitmen jangka panjang sangat diperlukan guna mengadakan perubahan budaya agar penerapan MMTP dapat berjalan dengan baik.

e.       Kerja Sama Team (Teamwork)
Dalam organisasi yang dikelola secara tradisional sering tercipta persaingan antarguru. Akan tetapi, persaingan internal ini cenderung hanya menghabiskan energi saja, yang pada gilirannya tidak meningkatkan daya saing eksternal. Sebaliknya, organisasi MMTP menerapkan kerjasama tim, kemitraan dijalin dan dibina, baik antarwarga sekolah maupun luar sekolah.

f.       Perbaikan Sistem Secara Terus-menerus
Setiap produk memanfaatkan proses tertentu dalam suatu sistem sehingga sistem yang ada perlu diperbaiki secar terus-menerus agar mutu dapat meningkat.

g.      Pendidikan dan Pelatihan
Banyak sekolah yang menutup mata akan pentingnya pendidikan dan pelatihan. Mereka beranggapan bahwa sekolah bukanlah perusahaan sehingga sekolah yang demikian ini hanya memberikan pelatihan sekadarnya untuk memenuhi persyaratan formal atau perintah atasannya. Sedangkan dalam sekolah yang menerapkan MMTP, pendidikan dan pelatihan merupakan faktor yang mendasar, dengan pendidiksn dan pelatihan setiap guru dan staf tata usaha akan meningkat keterampilan teknisnya. Esensi dari diklat bagi guru adalah untuk meningkatkan keterampilan dan profesionalismenya.

h.      Kebebasan yang Terkendali
Keterlibatan dan pendayaan guru dan staf tata usaha dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah  sangat penting karena  dapat meningkatkan rasa memiliki dan tanggung jawab terhadap  keputusan yang dibuat serta dapat memperkaya wawasan dan pandangan dalam suatu keputusan. Meskipun demikian, kebebasan yang timbul karena keterlibatan dan pemberdayaan tersebut merupakan hasil pengendalian yang terencana. Pengendalian dilakukan  terhadap metode pelaksanaan setiap proses, dalam hal ini karyawan yang melakukan standarisasi proses dan mereka pula yang berusaha mencari cara untuk meyakinkan setiap orang agar bersedia mengikuti prosedur tersebut.

i.        Kesatuan Tujuan
Agar MMTP dapat diterapkan dengan baik maka sekolah harus memiliki kesatuan tujuan yang jelas. Dengan demikian setiap usaha dapat diarahkan pada tujuan yang sama. Akan tetapi, kesatuan tujuan ini tidak berarti harus selalu ada persetujuan antara pihak kapala sekolah dengan guru dan staf tata usaha mengenai upah dan kondisi kerja.

j.        Adanya Keterlibatan dan Pemberdayaan Guru dan Staf Tata Usaha
Keterlibatan guru dan stf tata usaha merupakan hal yang penting dalam penerapan MMTP. Usaha dalm melibatkan mereka mempunyai manfaat : (1) dapat menghasilkan keputusan yang baik dan perbaikan yang lebih efektif karena mencakup pandangan dan pemikiran dari pihak yang langsung berhubungan dengan situasi kerja, (2) meningkatkan “rasa memiliki” dan tanggung jawab atas keputusan yang melibatkan orang yang harus melaksanakan


Elemen-Elemen Pendukung MMTP

1.      Kepemimpinan MMTP
Terdapat 13 hal yang perlu dimiliki oleh seorang pimpinan dalam manajemen mutu terpadu yaitu :
Ø Pimpinan mendasarkan keputusan pada data, bukan hanya pendapat saja.
Ø Pimpinan merupakan pelatih, dan fasilitator bagi setiap individu/bawahan.
Ø Pimpinan harus secara aktif terlibat dalam pemecahan masalah yang dihadapi oleh bawahan.
Ø Pimpinan harus bisa membangun komitmen, yang menjamin bahwa setiap orang memahami misi, visi, nilai dan target perusahaan yang jelas.
Ø Pimpinan dapat membangun dan memelihara kepercayaan
Ø Pimpinan harus paham betul untuk mengucapkan terima kasih kepada bawahan yang berhasil/berjasa
Ø Aktif mengadakan kaderisasi melalui pendidikan dan pelatihan yang terprogram
Ø Berorientasi selalu pada pelanggan internal/eksternal
Ø Pandai menilai situasi dan kemampuan orang lain secara tepat
Ø Dapat menciptakan suasana kerja yang sangat menyenangkan
Ø Mau mendengar dan menyadari kesalahan
Ø Selalu berusaha memperbaiki system dan banyak berimprovisasi
Ø Bersedia belajar kapan saja dan di mana saja

2.      Organisasi MMTP
Organisasi MMTP adalah organisasi terbalik (upside-down organization). Dalam organisasi ini, peran manajer senior (kepala sekolah) dan manajer menengah (wakil kepala sekolah) adalah mendukung dan mengupayakan pendidikan bagi siswa dan staf pendukungnya. Kontrol bukanlah yang utama dalam organisasi MMTP.
Ada empat macam daur kehidupan suatu organisasi, yaitu (1) pengenalan, (2) pertumbuhan (perluasan), (3) pendewasaan, dan (4) penurunan (revitalisasi).
Pada tahap pengenalan, sekolah yang baru sebaiknya memperkenalkan sekolahnya  kepada masyarakat luas untuk memperoleh pengakuan dan dukungan. Sekolah juga harus menetapkan tempat untuk meraih pelanggan. Selanjutnya sekolah menjamin bahwa apa yang dihasilkan merupakan kebutuhan yang dinantikan dan diharapkan pelanggan.
Pada tahap pertumbuhan,sekolah akan menjadi wajah baru dengan tantangan ide baru. Sekolah harus mampu menjamin untuk menghasilkan optimisme dan kebanggaan, yang merupakan suatu keistimewaan yang menyangkut langkah pembentukan (formasi). Pada tahap ini, yang menjadi masalah utama biasanya adalah “Bagaimana cara mengatasi tekanan dengan ditandai mulai banyaknya permintaan?” dengan demikian, sekolah harus mampu meningkatkan layanan kepada pelanggan. Kegagalan lain adalah pada sistem manajemennya terutam kurang adanya penetapan terhadap aturan atau prosedur yang jelas, termasuk di dalamnya pembagia tugas.
Pada tahap pendewasaan, sekolah mencapai prestasi puncaknya dan sangat potensial untuk mendapatkan siswa yang banyak karena permintaan yang sangat besar dari pelanggan. Namun, disinilah sekoalh banyak mendapatkan ancaman ataupun bahaya sehingga sekolah harus mampu berinovasi, berkreasi, dan meningkatkan pelayanan yang optimal sesuai kebutuhan pelanggan. Di samping itu, sekolah juga diharapkan mampu menciptakan kebutuhan dan minat konsumen sehingga tidak akan terjadi penurunan.
Pada tahap penurunan, kebanyakan sekolah ditutup karena ketidakmampuannya berinovaai dan bersaing serta menyesuaikan diri dengan tuntutan zaman. Pada tahap penurunan ini, dapat juga menjadi suatu pembaruan jika mau mengedepankan mutu, mengembangkan strategi dan cara menjaga kepuasan pelanggan, serta dapat juga menjadi tahapan dinamis sebagai lembaga yang berpengalaman dan dapat dimanfaatkan untuk pengembangan secara optimal.
Sekolah yang mengguanakan cara tradisional akan mengalami kesulitan perkembangan dan perubahan karena kekakuan dalam setiap keputusan. Adapun maksud MMTP adalah meberikan kesempatan kepada sekolah untuk mengubah cara-cara tradisional menjadi sekolah yang menginginkan MMTP sehingga sekolah memiliki mutu tinggi, integritas tinggi terhadap aturan untuk menimbulkan komitmen terhadap semua level. Untuk mencapainya, dibutuhkan manusia yang memahami konsep mutu dan memiliki rancangan masa depan.

Budaya MMTP
MMTP membutuhkan sebuah perubahan budaya. Budaya MMTP membutuhkan perubahan sikap dan sistem kerja. Bagaimanapun juga perubahan kultur tidak hanya bicara tentang merubah perilaku staf, tapi juga memerlukan perubahan dalam metode mengarahkan sebuah organisasi. Ada dua hal penting yang diperlukan staf untuk menghasilkan mutu.
Pertama, staf membutuhkan sebuah lingkungan yang cocok untuk bekerja. Mereka membutuhkan alat-alat keterampilan dan mereka harus bekerja dengan sistem dan prosedur yang sederhana dan membantu pekerjaan mereka. Kedua, untuk melakukan pekerjaan dengan baik,stef memerlukan lingkungan yang mendukung dan menghargai kesuksesan dan prestasi yang mereka raih. Mereka memerlukan pemimpin yang dapat menghargai prestasi mereka dan membimbing mereka untuk meraih sukses yang lebih besar. Kepala sekolah harus mampu meyakinkan staf bahwa perubahan budaya yang ada menuju budaya MMTP yang dapat menyebabkan sekolah lebih bermutu.

Hambatan Penerapan MMTP
Salazaar (1994) menyatakan bahwa kegagalan MMTP antara lain disebabkan: (1) pihak manajemen ingin seketika sukses dengan MMTP, (2) hanya dengan belajar dan berlatih singkat dianggap pasti akan berhasil menerapkan MMTP.
Banyak hambatan dalam TQM misalnya merasa cemas dengan ketidakpastian menerapkan sesuatu yang masih abru. Guru dan staf tidak berbuat yang terbaik karena mereka tidak dilibatkan dan pendapat-pendapatnya tidak didengar.


Faktor Sukses MMTP
MMTP akan sukses diterapkan pada lembaga pendidikan jika manajer pendidikan melakukan SAL (Seharusnya yang Anda Lakukan), yaitu

1.      Pahami: filosofi, visi, misi, aksi, kebutuhan pelanggan, dan keunikan karyawan.
2.      Ciptakan: proses yang efisien, budaya kerja yang kondusif, dan tim kerja yang solid.
3.      Galakkan: pencatatan data, usaha perbaikan, dan semangat kerja.
4.      Kembangkan: diri sendiri, bawahan, dan rekanan.
5.      Dapatkan: kesamaan persepsi, komitmen atasan, teman selevel, dan bawahan.
6.      Terapkan: gaya kepemimpinan partisipatif (STMB, 1999).

Sebaliknya, Jangan Anda Lakukan (JAL) adalah
1.      Berfikir negatif, berperilaku “bos”,
2.      Statis,
3.      Resisten terhadap perubahan,
4.      Mengabaikan pendapat atau kritik,
5.      Beranggapan hasil kerja adalah hasil Anda sendiri,
6.      Sangat subjektif,
7.      Tidak adil, dan
8.   Tidak jujur (STMB,1999)



Daftar Pustaka :
Usman, Husnaini.2010. Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara

Juliantara, Ketut.2009. “Implementasi Manajemen Mutu Terpadu” diunduh pada 15 Maret 2012 dari (http://edukasi.kompasiana.com/2009/12/16/implementasi-manajemen-mutu-terpadu-total-quality-management-di-sekolah/)

Sallis, Edward.2006. Total Quality Management in Education. Yogyakarta : IRCiSoD

Tidak ada komentar:

Posting Komentar