oleh Damyke Selviyana Safitri
Pengertian
Total Quality Manajement (TQM) Pendidikan
Definisi
MMT (TQM), seperti definisi-definisi lainnya, berbeda-beda tergantung sudut
pandang orang yang mendefinisikannya. MMT menurut Fandy Tjiptono &
Anastasia Diana (1995) ialah suatu pendekatan dalam usaha memaksimalkan daya
saing melalui perbaikan terus-menerus atas jasa, manusia, produk, dan
lingkungan. MMT ialah sebuah konsep yang berupaya melaksanakan sistem manajemen
mutu kelas dunia.
MMTP
menurut West-Burnham (1997) ialah semua fungsi dari organisasi sekolah ke dalam
falsafah holistis yang dibangun berdasarkan konsep mutu, kerja tim,
produktivitas, dan prestasi serta kepuasan pelanggan. MMTP ialah suatu sistem
manajemen yang menyangkut mutu sebagai strategi usaha dan berorientasi pada
kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi.
MMTP
menurut Sallis (2003:17) ialah menciptakan budaya mutu dimana tujuan setiap
anggota ingin menyenangkan pelanggannya, dan dimana struktur organisasinya
mengizinkan untuk mereka berbuat seperti itu.
Dalam
MMTP, pelanggan adalah yang berikuasa atau sebagai raja yang harus dilayani
dengan sebaik-baiknya. MMT ialah budaya organisasi yang ditentukan dan didukung
ileh pencapaian kepuasan pelanggan secara terus-menerus melalui sistem
terintegrasi yang terddiri dari bermacam alat, teknik, dan pelatihan-pelatihan.
MMTP
menyangkut filosofi dan metodologi. Filosofinya ialah pola pikir untuk
mengadakan perbaikan terus-menerus, dan metodologinya ialah menjelaskan
alat-alat dan teknik-teknik seperti curah pendapat (diskusi) dan analisis medn
kekuatan yang digunakan sebagai sarana untuk melakukan perbaikan terus-menerus.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa MMTP ialah budaya
peningkatan mutu pendidikan terus-menerus, fokus pada pelanggan sekolah demi
kepuasan jangka panjangnya, dan partisipasi warga sekolah, keluarga,
masyarakat, dan pemerintah.
Prinsip
dan Komponen MMTP (Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan)
1. Prinsip-Prinsip
MMTP
Menurut Hensler dan
Brunell (dalam Sceuing dan Christhoper,1993) ada empat prinsip utama dalam
MMTP, yaotu sebagai berikut:
a. Kepuasan
Pelanggan
Dalam MMTP, konsep
mengenai mutu dan pelanggan diperluas. Mutu tidak hanya bermakna kesesuaian
dengan spesifikasi-spesifikasi tertentu, tetapi mutu tersebut ditentukan oleh
pelanggan. Pendidikan dalah pelayanan jasa. Sekolah harus memberikan pelayanan
jasa sebaik-baiknya kepada pelanggannya. Pelanggan sekolah meliputi pelanggan
internal dan eksternal sekolah. Pelanggayun eksternal sekolah adalah orang tua
siswa, pemerintah, dan masyarakat termasuk komite sekolah. Pelanggan internal
sekolah adalah siswa, guru, dan staf tata usaha. Dalam arti lain, sekolah
mempunyai pelanggan primer, sekunder, dan tertier. Pelanggan primer sekolah
adalah siswa. Pelanggan sekunder sekolah adalah orang tua. Pelanggan tertier
sekolah adalah pemerintah dan masyarakat. Kebutuhan pelanggan diusahakan untuk
dipuaskan dalam segala aspek, termasuk harga, keamanan, dan ketepatan waktu.
Oleh karena itu, aktivitasnya harus dikoordinasikan untuk memuaskan para
pelanggan. Kualitas yang dihasilkan suatu perusahaan sam adengan nilai yang
diberikan dalam rangka peningkatan kualitas hidup pelanggan, semakin tinggi
nilai yang diberikan maka semakin besar pula kepuasan pelanggan. Esensi MMTP
adalah semua pelanggan dalam MMTP harus dipuaskan.
b. Respek
terhadap Setiap Orang
Dalam sekolah yang
bermutu kelas dunia, setiap orang disekolah dipandang memiliki potensi. Orang
yang ad di organisasi dipandang sebagai sumber daya organisasi yang paling
bernilai dan dipandng sebagai aset organisasi. Oleh karena itu, setiao orang
diperlakukan dengan baik dan diberikan kesempatan untuk berprestasi, berkarier,
dan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan.
c. Manajemen
Berdasarkan Fakta
Sekolah kelas dunia
berorientasi pada fakta, maksudnya setiap keputusan selalu didasarkan pada
fakta, bukan pada perasaan (feeling)
atau ingatan semata. Ada dua konsep yang berkaitan dengan hal ini : (1)
prioritasisasi, yakni suatu konsep bahwa perbaikan tidak dapat dilakukan pada
semua aspek pada saat yang bersamaan, mengingat keterbatasan sumber daya yang
ada. Dengan menggunakan data, manajemen dan tim dalam organisasi dapat
memfokuskan usahanya pada situasi tertentu; (1) variasi atau variabilitas
kinerja manusia. Data statistik dapat memberikan gambaran mengenai variabilitas
yang merupakan bagian yang wajar dri setiap sistem organisasi.
d. Perbaikan
Terus Menerus
Agar dapat sukses
setiap sekolah perlu melakukan proses sistematis dalam melaksanakan perbaikan
berkesinambungan. Konsep yang berlaku adalah siklus yang terdiri langkah
perencanaan, melaksenakan rencana, memeriksa hasil pelaksanaan rencana, dan
melakukan tindakan korektif terhadap hasil yang diperoleh.
Perbedaan MMTP dengan
pendekatan-pendekatan lain dalam menyelenggarakan sekolah adalah apa
komponen-komponennya dan bagaimana menggunakan komponen-komponen tersebut.
2. Komponen-Komponen MMTP
Komponen-komponen MMTP
mempunyai 10 unsur utama (Goetsch & Davis, 1994) sebagai berikut.
a. Fokus
pada Kepuasan Pelanggan
Dalam MMTP, baik
pelanggan intertnal maupun eksternal merupakan driven. Pelanggan eksternal menentukan mutu lulusan, sedangkan
pelanggan internal menentukan mutu, proses, dan lingkungan yang berhubungan
dengan lulusan.
b. Obsesi
terhadap Mutu
Dalam organisasi yang
menerapkan MMTP, pelanggan menentukan mutu. Dengan mutu tersebut, organisasi
harus terobsesi untuk memenuhi yang diinginkan pelanggan yang berarti bahwa
semua keryawan berusaha melaksanakan setiap apek pekerjaannya. Apabila suatu
organisasi terobsesi dengan mutu maka berlaku prinsip good enaugh is never good enaugh.
c. Pendekatan
Ilmiah
Pendekatan ini sangat
diperlukan terutama untuk mendesain pekerjaan, dalam proses pengambilan
keputusan dan pemecahan masalah yang berkaitan dengan pekerjaan yang didesain
tersebut. Dengan demikian, data lapangan sangat diperlukan dalam menyusun patok
duga, memantau prestasi, dan melaksanakan perbaikan.
d. Komitmen
Jangka Panjang
MMTP merupakan
paradigma baru, untuk itu dibutuhkan budaya sekolah yang baru pula. Komitmen
jangka panjang sangat diperlukan guna mengadakan perubahan budaya agar
penerapan MMTP dapat berjalan dengan baik.
e. Kerja
Sama Team (Teamwork)
Dalam organisasi yang
dikelola secara tradisional sering tercipta persaingan antarguru. Akan tetapi,
persaingan internal ini cenderung hanya menghabiskan energi saja, yang pada
gilirannya tidak meningkatkan daya saing eksternal. Sebaliknya, organisasi MMTP
menerapkan kerjasama tim, kemitraan dijalin dan dibina, baik antarwarga sekolah
maupun luar sekolah.
f. Perbaikan
Sistem Secara Terus-menerus
Setiap produk memanfaatkan
proses tertentu dalam suatu sistem sehingga sistem yang ada perlu diperbaiki
secar terus-menerus agar mutu dapat meningkat.
g. Pendidikan
dan Pelatihan
Banyak sekolah yang
menutup mata akan pentingnya pendidikan dan pelatihan. Mereka beranggapan bahwa
sekolah bukanlah perusahaan sehingga sekolah yang demikian ini hanya memberikan
pelatihan sekadarnya untuk memenuhi persyaratan formal atau perintah atasannya.
Sedangkan dalam sekolah yang menerapkan MMTP, pendidikan dan pelatihan
merupakan faktor yang mendasar, dengan pendidiksn dan pelatihan setiap guru dan
staf tata usaha akan meningkat keterampilan teknisnya. Esensi dari diklat bagi
guru adalah untuk meningkatkan keterampilan dan profesionalismenya.
h. Kebebasan
yang Terkendali
Keterlibatan dan pendayaan
guru dan staf tata usaha dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah sangat penting karena dapat meningkatkan rasa memiliki dan tanggung
jawab terhadap keputusan yang dibuat
serta dapat memperkaya wawasan dan pandangan dalam suatu keputusan. Meskipun
demikian, kebebasan yang timbul karena keterlibatan dan pemberdayaan tersebut
merupakan hasil pengendalian yang terencana. Pengendalian dilakukan terhadap metode pelaksanaan setiap proses,
dalam hal ini karyawan yang melakukan standarisasi proses dan mereka pula yang
berusaha mencari cara untuk meyakinkan setiap orang agar bersedia mengikuti
prosedur tersebut.
i.
Kesatuan Tujuan
Agar MMTP dapat
diterapkan dengan baik maka sekolah harus memiliki kesatuan tujuan yang jelas.
Dengan demikian setiap usaha dapat diarahkan pada tujuan yang sama. Akan
tetapi, kesatuan tujuan ini tidak berarti harus selalu ada persetujuan antara
pihak kapala sekolah dengan guru dan staf tata usaha mengenai upah dan kondisi
kerja.
j.
Adanya Keterlibatan dan Pemberdayaan
Guru dan Staf Tata Usaha
Keterlibatan guru dan
stf tata usaha merupakan hal yang penting dalam penerapan MMTP. Usaha dalm
melibatkan mereka mempunyai manfaat : (1) dapat menghasilkan keputusan yang
baik dan perbaikan yang lebih efektif karena mencakup pandangan dan pemikiran
dari pihak yang langsung berhubungan dengan situasi kerja, (2) meningkatkan
“rasa memiliki” dan tanggung jawab atas keputusan yang melibatkan orang yang
harus melaksanakan
Elemen-Elemen
Pendukung MMTP
1.
Kepemimpinan MMTP
Terdapat 13 hal yang
perlu dimiliki oleh seorang pimpinan dalam manajemen mutu terpadu yaitu :
Ø Pimpinan mendasarkan keputusan
pada data, bukan hanya pendapat saja.
Ø Pimpinan merupakan pelatih, dan
fasilitator bagi setiap individu/bawahan.
Ø Pimpinan harus secara aktif terlibat
dalam pemecahan masalah yang dihadapi oleh bawahan.
Ø Pimpinan harus bisa membangun
komitmen, yang menjamin bahwa setiap orang memahami misi, visi, nilai dan
target perusahaan yang jelas.
Ø Pimpinan dapat membangun dan
memelihara kepercayaan
Ø Pimpinan harus paham betul untuk
mengucapkan terima kasih kepada bawahan yang berhasil/berjasa
Ø Aktif mengadakan kaderisasi
melalui pendidikan dan pelatihan yang terprogram
Ø Berorientasi selalu pada pelanggan
internal/eksternal
Ø Pandai menilai situasi dan kemampuan
orang lain secara tepat
Ø Dapat menciptakan suasana kerja
yang sangat menyenangkan
Ø Mau mendengar dan menyadari
kesalahan
Ø Selalu berusaha memperbaiki system
dan banyak berimprovisasi
Ø Bersedia belajar kapan saja dan di
mana saja
2. Organisasi
MMTP
Organisasi
MMTP adalah organisasi terbalik (upside-down
organization). Dalam organisasi ini, peran manajer senior (kepala sekolah)
dan manajer menengah (wakil kepala sekolah) adalah mendukung dan mengupayakan
pendidikan bagi siswa dan staf pendukungnya. Kontrol bukanlah yang utama dalam
organisasi MMTP.
Ada
empat macam daur kehidupan suatu organisasi, yaitu (1) pengenalan, (2)
pertumbuhan (perluasan), (3) pendewasaan, dan (4) penurunan (revitalisasi).
Pada
tahap pengenalan, sekolah yang baru sebaiknya memperkenalkan sekolahnya kepada masyarakat luas untuk memperoleh
pengakuan dan dukungan. Sekolah juga harus menetapkan tempat untuk meraih
pelanggan. Selanjutnya sekolah menjamin bahwa apa yang dihasilkan merupakan
kebutuhan yang dinantikan dan diharapkan pelanggan.
Pada
tahap pertumbuhan,sekolah akan menjadi wajah baru dengan tantangan ide baru.
Sekolah harus mampu menjamin untuk menghasilkan optimisme dan kebanggaan, yang
merupakan suatu keistimewaan yang menyangkut langkah pembentukan (formasi).
Pada tahap ini, yang menjadi masalah utama biasanya adalah “Bagaimana cara
mengatasi tekanan dengan ditandai mulai banyaknya permintaan?” dengan demikian,
sekolah harus mampu meningkatkan layanan kepada pelanggan. Kegagalan lain
adalah pada sistem manajemennya terutam kurang adanya penetapan terhadap aturan
atau prosedur yang jelas, termasuk di dalamnya pembagia tugas.
Pada
tahap pendewasaan, sekolah mencapai prestasi puncaknya dan sangat potensial
untuk mendapatkan siswa yang banyak karena permintaan yang sangat besar dari
pelanggan. Namun, disinilah sekoalh banyak mendapatkan ancaman ataupun bahaya
sehingga sekolah harus mampu berinovasi, berkreasi, dan meningkatkan pelayanan
yang optimal sesuai kebutuhan pelanggan. Di samping itu, sekolah juga
diharapkan mampu menciptakan kebutuhan dan minat konsumen sehingga tidak akan
terjadi penurunan.
Pada
tahap penurunan, kebanyakan sekolah ditutup karena ketidakmampuannya berinovaai
dan bersaing serta menyesuaikan diri dengan tuntutan zaman. Pada tahap
penurunan ini, dapat juga menjadi suatu pembaruan jika mau mengedepankan mutu,
mengembangkan strategi dan cara menjaga kepuasan pelanggan, serta dapat juga
menjadi tahapan dinamis sebagai lembaga yang berpengalaman dan dapat
dimanfaatkan untuk pengembangan secara optimal.
Sekolah
yang mengguanakan cara tradisional akan mengalami kesulitan perkembangan dan
perubahan karena kekakuan dalam setiap keputusan. Adapun maksud MMTP adalah
meberikan kesempatan kepada sekolah untuk mengubah cara-cara tradisional
menjadi sekolah yang menginginkan MMTP sehingga sekolah memiliki mutu tinggi,
integritas tinggi terhadap aturan untuk menimbulkan komitmen terhadap semua
level. Untuk mencapainya, dibutuhkan manusia yang memahami konsep mutu dan
memiliki rancangan masa depan.
Budaya MMTP
MMTP
membutuhkan sebuah perubahan budaya. Budaya MMTP membutuhkan perubahan sikap
dan sistem kerja. Bagaimanapun juga perubahan kultur tidak hanya bicara tentang
merubah perilaku staf, tapi juga memerlukan perubahan dalam metode mengarahkan
sebuah organisasi. Ada dua hal penting yang diperlukan staf untuk menghasilkan
mutu.
Pertama,
staf membutuhkan sebuah lingkungan yang cocok untuk bekerja. Mereka membutuhkan
alat-alat keterampilan dan mereka harus bekerja dengan sistem dan prosedur yang
sederhana dan membantu pekerjaan mereka. Kedua, untuk melakukan pekerjaan
dengan baik,stef memerlukan lingkungan yang mendukung dan menghargai kesuksesan
dan prestasi yang mereka raih. Mereka memerlukan pemimpin yang dapat menghargai
prestasi mereka dan membimbing mereka untuk meraih sukses yang lebih besar. Kepala
sekolah harus mampu meyakinkan staf bahwa perubahan budaya yang ada menuju
budaya MMTP yang dapat menyebabkan sekolah lebih bermutu.
Hambatan Penerapan MMTP
Salazaar
(1994) menyatakan bahwa kegagalan MMTP antara lain disebabkan: (1) pihak
manajemen ingin seketika sukses dengan MMTP, (2) hanya dengan belajar dan
berlatih singkat dianggap pasti akan berhasil menerapkan MMTP.
Banyak
hambatan dalam TQM misalnya merasa cemas dengan ketidakpastian menerapkan
sesuatu yang masih abru. Guru dan staf tidak berbuat yang terbaik karena mereka
tidak dilibatkan dan pendapat-pendapatnya tidak didengar.
Faktor Sukses MMTP
MMTP
akan sukses diterapkan pada lembaga pendidikan jika manajer pendidikan
melakukan SAL (Seharusnya yang Anda Lakukan), yaitu
1.
Pahami: filosofi, visi, misi, aksi,
kebutuhan pelanggan, dan keunikan karyawan.
2.
Ciptakan: proses yang efisien, budaya
kerja yang kondusif, dan tim kerja yang solid.
3.
Galakkan: pencatatan data, usaha
perbaikan, dan semangat kerja.
4.
Kembangkan: diri sendiri, bawahan, dan
rekanan.
5.
Dapatkan: kesamaan persepsi, komitmen
atasan, teman selevel, dan bawahan.
6.
Terapkan: gaya kepemimpinan partisipatif
(STMB, 1999).
Sebaliknya,
Jangan Anda Lakukan (JAL) adalah
1.
Berfikir negatif, berperilaku “bos”,
2.
Statis,
3.
Resisten terhadap perubahan,
4.
Mengabaikan pendapat atau kritik,
5.
Beranggapan hasil kerja adalah hasil
Anda sendiri,
6.
Sangat subjektif,
7.
Tidak adil, dan
8. Tidak jujur (STMB,1999)
Daftar Pustaka :
Usman, Husnaini.2010. Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar