Jenis-Jenis
Masalah Siswa Di Sekolah Menengah (Bimbingan dan Konseling)
oleh Damyke Selviyana S.
1. Pengertian
Dan Ciri-Ciri Masalah
Dalam
perkembangan dan proses kehidupannya, manusia sangat mungkin menemui berbagai permasalahan,
baik oleh individu secara perorangan maupun kelompok. Permasalahan yang
dihadapi individu sangat dimungkinkan selain berpengaruh pada dirinya sendiri
juga berpengaruh pada orang lain dan lingkungan sekitarnya.
Pada
hakekatnya proses pengembangan manusia seutuhnya hendaknya mencapai
pribadi-pribadi yang matang, dengan kemampuan sosial yang baik, kesusilaan yang
tinggi, serta keimanan dan ketakwaan.
Ketidakmampuan
individu untuk mewujudkan perkembangan yang optimal pada keempat dimensi
(individualitas, sosialitas, moralitas, dan religiusitas) tersebut dikarenakan
oleh berbagai permasalahan yang dialami selama proses perkembangannya.
Masalah
merupakan sesuatu atau persoalan yang harus diselesaikan atau dipecahkan.
Masalah yang dibiarkan berkembang dan tidak segera dipecahkan dapat mengganggu
kehidupan dirinya sendiri maupun orang lain. Adapun ciri-ciri masalah dapat
dikemukakan sebagai berikut:
a. Masalah
muncul karena ada kesenjangan antara harapan (das Sollen) dan kenyataan (das
sein).
b. Semakin
besar kesenjangan, maka masalah semakin berat.
c. Tiap
kesenjangan yang terjadi dapat menimbulkan persepsi yang berbeda.
d. Masalah
muncul sebagai perilaku yang tidak dikehendaki oleh individu itu sendiri maupun
oleh lingkungan.
e. Masalah
muncul akibat dari proses belajar yang keliru.
f. Masalah
memerlukan berbagai pertanyaan dasar (
Basic Question) yang perlu dijawab
g. Masalah
dapat bersifat individual maupun kelompok.
2. Jenis-Jenis
Masalah
Ada
pendapat yang mengatakan bahwa hidup dan berkembang itu mengandung resiko.
Perjalanan kehidupan dan proses perkembangan sering kali ternyata tidak mulus,
banyak mengalami berbagai hambatan dan rintangan. Terlebih bagi siswa sekolah
menengah yang berada dalam fase perkembangan remaja, masa dimana individu
mengalami berbagai perubahan baik secara fisik maupun secara psikis.
Hurlock
(1980:192) menuliskan berbagai perubahan sikap dan perilaku sebagai akibat dari
perubahan yang terjadi pada masa puber, yaitu:
a) Ingin
menyendiri. Jika perubahan pada masa puber sudah mulai terjadi, anak-anak biasanya
mulai menarik diri dari teman-teman dan dari berbagai kegiatan keluarga, juga
sering bertengkar dengan sesama teman bermain. Anak puber lebih sering melamun,
dan mulai bereksperimen seks melalui masturbasi.
b) Bosan.
Dengan datangnya masa puber, anak mulai merasa bosan dengan sesuatu yang
berhubungan dengan kegiatan atau hobi yang dilakukan pada masa sebelumnya. Pada
masa puber ini biasanya terjadi penurunan prestasi belajar.
c) Inkoordinasi.
Anak akan mengalami ketidakseimbangan gerakan.
d) Antagonisme
sosial. Anak puber sering tidak mau kerja sama, sering membantah dan menentang.
Permusuhan terbuka antara dua seks yang berlainan. Pada umumnya diungkapkan
dengan kritik dan komentar-komentar yang cenderung merendahkan.
e) Emosi
yang meninggi. Kemurungan, merajuk, ledakan amarah yang berlebihan hanya
dikarenakan oleh hal-hal sepele. Pada masa ini anak merasa khawatir, gelisah,
sedih, cepat tersinggung, dan cepat marah.
f) Hilangnya
kepercayaan diri. Sebagai akibat terjadinya perubahan fisik pada diri anak pada
masa puber ini mengakibatkan anak merasa rendah diri, lebih-lebih bagi anak
yang sering mendapat kritik yang bertubi-tubi tentang dirinya.
Sikap
dan perilaku anak yang berada dalam masa puber tersebut sering mengganggu
tugas-tugas perkembangan anak pada fase berikutnya yaitu pada masa remaja, dan
sebagai akibatnya anak akan mengalami gangguan dalam menjalani kehidupan pada
masa remaja. Beberapa masalah yang dialami oleh remaja
a. Masalah
Emosi
Secara
tradisional masa remaja dianggap sebagai periode “badai dan tekanan” suatu masa
dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan
kelenjar. Emosi remaja seringkali sangat kuat, tidak terkendali, dan kadang
tampak irasional.
Sekolah
sebagai lembaga formal yang diberi tugas dan tanggung jawab untuk membantu
subjek didik menuju ke arah kedewasaan yang optimal harus mempunyai
langkah-langkah konkrit untuk mencegah dan mengatasi masalah emosional ini.
Dalam layanan bimbingan dsn konseling kelompok anak dapat berlatih bagaimana
cara menjadi pendengar yang baik, bagaimana cara mengemukakan masalah,
bagaimana cara mengendalikan diri. Melalui wahan kelompok siswa dapat berlatih
mengendalikan diri.
b. Masalah
Penyesuaian Diri
Salah
satu tugas yang paling sulit pada masa remaja adalah yang berhubungan dengan
penyesuaian sosial. Untuk mencapai tujuan dari pola sosialisasi dewasa, remaja
harus membuat banyak penyesuaian baru. Pada fase ini remaja lebih banyak diluar
rumah bersama teman-temannya sebagai kelompok, maka pengaruh teman sebaya dalam
segala pola perilaku, sikap, minat, dan gaya hidupnya lebih besar daripada
pengaruh dari keluarga. Dalam keadaan demikian, remaja cenderung mengikutinya
tanpa memperdulikan berbagai akibat yang akan menimpa dirinya. Kebutuhan akan
penerimaan dirinya dalam kelompok sebaya merupakan kebutuhan yang dianggap paling penting.
Untuk
itu, maka sekolah harus ikut membantu tugas-tugas perkembangan remaja tersebut
agar mereka tidak mengalami kesalahan dalam penyesuaian dirinya. Melalui
penyediaan sarana dan prasarana serta fasilitas pembinaan baka dan minat yang
baik, lewat kegiatan kurikuler maupun kokurikuler di sekolah, untuk mencegah
dan mengatasi kesalahan pergaulan.
c. Masalah
Perilaku Seksual
Tugas
perkembangan yang harus dilakukan oleh remaja sehubungan dengan kematangan seksualitasnya
adalah pembentukan hubungan yang lebih matang dengan lawan jenis dan belajar
memerankan peran seks yang diakuinya. Pada masa ini remaja sudah mulai tertarik
pada lawan jenis, mulai bersifat romantis, yang diikuti oleh keinginan yang
kuat unuk memperoleh dukungan dan perhatian dari lawan jenis, sebagai
akibatnya, remaja mempunyai minat yang tinggi pada seks. Seharusnya mereka
mencari atau memperoleh informasi mengenai seluk beluk seks dari orang tua,
tetapi kenyataannya mereka lebih banyak mencari informasi dari sumber-sumber
yang kadang tidak dapat dipertanggunggjawabkan yang kadang lebih menjurus ke
pornografi. Sebagai akibatnya, dapat menimbulkan perilaku seks remaja yang
apabila ditinjau dari segi moral dan kesehatan tidak layak untuk dilakukan,
seperti ciuman, bercumbu, masturbasi, dan bersenggama. Bahkan hubungan seks di
luar nikah dianggap “benar” apabila orang-orang yang terlibat saling mencintai
dan saling merasa terikat. (Hurlock, 1980:229).
d. Masalah
Perilaku Sosial
Tanda-tanda
masalah perilaku sosial pada remaja dapat dilihat dari adanya diskriminasi
terhadap mereka yang berlatar belakang ras, agama, atau sosial ekonomi yang
berbeda. Dengan pola-pola perilaku sosial seperti ini, maka dapat melahirkan
geng-geng atau kelompok remaja, yang pembentukannya berdasarkan atas kesamaan
latar belakang, agama, suku, dan sosial ekonomi. Pembentukan kelompok atau geng
pada remaja tersebut dapat memicu terjadinya permusuhan antar kelompok atau
geng. Untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah tersebut di atas, sekolah
dapat menyelenggarakan kegiatan kelompok (baik kurikuler maupun kokurikuler)
dengan tidak memperhatikan latar belakang suku, agama, ras, dan sosial ekonomi.
Sekolah harus memperlakukan siswa secara sama, tidak membeda-bedakan siswa yang
satu dengan yang lain.
e. Masalah
Moral
Masalah
moral yang terjadi pada remaja ditandai oleh adanya ketidakmampuan remaja
membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Hal ini dapat disebabkan oleh
ketidakkonsistenan dalam konsep benar dan salah yang ditemukan dalam kehidupan
sehari-hari. Misalnya antar sekolah, keluarga, dan kelompok remaja.
Ketidakmampuan mana yang benar dan mana yang salah dpat membawa malapetaka bagi
kehidupan remaja pada khususnya dan pada semua orang pada umumnya.
Untuk
mencegah dan mengatasi masalah-masalah yang demikian, maka sekolah sebaiknya
menyelenggarakan berbagai kegiatan keagamaan, untuk meningkatkan budi pekerti
f. Masalah
Keluarga
Sering
ditemukan berbagai masalah remaja yang penyebab utamanya adalah terjadinya
kesalahpahaman antara anak dan orang tua. Seperti yang dikemukakan oleh Hurlock
(1980:233) sebab-sebab umum pertentangan keluarga selama masa remaja adalah
standar perilaku, metode disiplin, hubungan dengan saudara kandung, sikap yang
sangat kritis pada remaja, dan masalah palang pintu.
Remaja
sering menganggap standar perilaku orang tua yang kuno dan yang modern berbeda.
Menurut remaja, orang tua yang mempunyai standar kuno harus mengikuti standar
modern, sedangkan orang tua tetap pada pendiriannya semula. Keadaan inilah yang
sering menjadi sumber perselisihan di antara mereka. Metode disiplin yang
diterapkan oleh orang tua yang terlalu kaku dan cenderung otoriter dapat
menimbulkan permasalahan dan pertentangan diantara remaja dan orang tua. Slah
satu ciri remaja adalah dimilikinya sikap kritis terhadap segala sesuatu, namun
bagi keluarga tertentu sering tidak menyukai sikap remaja yang terlalu kritis
terhadap pola perilaku orang tua dan terhadap pola perilaku keluarga pada
umumnya. Yang dimaksud dengan masalah palang pintu adalah peraturan keluarga
tentang penetapan jam atau waktu pulang dan mengenai teman-teman dengan siapa
remaja dapat berhubungan, terutama teman lawan jenis. Untuk mencegah dan
mengatasi masalah tersebut,maka sekolah harus meningkatkan kerjasama dengan orang
tua.
Prayitno
(1994:42) mengelompokkan masalah siswa disekolah menengah menjadi 4 kelompok
besar, yaitu masalah yang berhubungan dengan dimensi keindividualan, yaitu
masalah yang berhubungan dengan dimensi kesosialan, masalah yang berhubungan
dengan dimensi kesusilaan, dan masalah yang berhubungan dengan dimensi
keberagamaan.
Jenis
masalah yang (mungkin) diderita oleh individu amat bervariasi. Roos L. Mooney
(dalam Prayitni,1994:238) mengidentifikasi 330 maslah yang digolongkan ke dlam
11 masalah, yaitu kelompok masalah yang berkenaan dengan :
1. Perkembangan
jasmani dan kesehatan (PJK)
2. Keuangan,keadaan
lingkungan, dan pekerjaan (KLP)
3. Kegiatan
sosial dan rekreasi (KSR)
4. Hubungan
muda-muda, pacaran, perkawinan (HPP)
5. Hubungan
sosial kejiwaan (HSK)
6. Keadaan
pribadi kejiwaan (KPK)
7. Moral
dan agama (MDA)
8. Keadaan
rumah tangga (KRK)
9. Masa
depan pendidikan dan pekerjaan (MPP)
10. Penyesuaian
terhadap tugas-tugas sekolah (PTS)
11. Kurikulum
sekolah dan prosedur pengajaran (KPP)
Frekuensi
dialaminya masalah-masalah tersebut juga bervariasi. Satu jenis masalah
barangkali banyak dialami, sedangkan jenis masalah lain lebih jarang muncul.
Frekuensi munculnya masalah-masalah itu diwarnai oleh berbagai kondisi pribadi dan
lingkungan.
sumber : Mugiarso, Heru. 2010. Bimbingan dan Konseling. Semarang: UPT
UNNES Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar