Jumat, 05 Oktober 2012


Jenis-Jenis Masalah Siswa Di Sekolah Menengah (Bimbingan dan Konseling)
oleh Damyke Selviyana S.

1.      Pengertian Dan Ciri-Ciri Masalah
Dalam perkembangan dan proses kehidupannya, manusia sangat mungkin menemui berbagai permasalahan, baik oleh individu secara perorangan maupun kelompok. Permasalahan yang dihadapi individu sangat dimungkinkan selain berpengaruh pada dirinya sendiri juga berpengaruh pada orang lain dan lingkungan sekitarnya.
Pada hakekatnya proses pengembangan manusia seutuhnya hendaknya mencapai pribadi-pribadi yang matang, dengan kemampuan sosial yang baik, kesusilaan yang tinggi, serta keimanan dan ketakwaan.
Ketidakmampuan individu untuk mewujudkan perkembangan yang optimal pada keempat dimensi (individualitas, sosialitas, moralitas, dan religiusitas) tersebut dikarenakan oleh berbagai permasalahan yang dialami selama proses perkembangannya.
Masalah merupakan sesuatu atau persoalan yang harus diselesaikan atau dipecahkan. Masalah yang dibiarkan berkembang dan tidak segera dipecahkan dapat mengganggu kehidupan dirinya sendiri maupun orang lain. Adapun ciri-ciri masalah dapat dikemukakan sebagai berikut:
a.       Masalah muncul karena ada kesenjangan antara harapan (das Sollen) dan kenyataan (das sein).
b.      Semakin besar kesenjangan, maka masalah semakin berat.
c.       Tiap kesenjangan yang terjadi dapat menimbulkan persepsi yang berbeda.
d.      Masalah muncul sebagai perilaku yang tidak dikehendaki oleh individu itu sendiri maupun oleh lingkungan.
e.       Masalah muncul akibat dari proses belajar yang keliru.
f.       Masalah memerlukan berbagai pertanyaan dasar ( Basic Question) yang perlu dijawab
g.      Masalah dapat bersifat individual maupun kelompok.


2.      Jenis-Jenis Masalah
Ada pendapat yang mengatakan bahwa hidup dan berkembang itu mengandung resiko. Perjalanan kehidupan dan proses perkembangan sering kali ternyata tidak mulus, banyak mengalami berbagai hambatan dan rintangan. Terlebih bagi siswa sekolah menengah yang berada dalam fase perkembangan remaja, masa dimana individu mengalami berbagai perubahan baik secara fisik maupun secara psikis.
Hurlock (1980:192) menuliskan berbagai perubahan sikap dan perilaku sebagai akibat dari perubahan yang terjadi pada masa puber, yaitu:
a)      Ingin menyendiri. Jika perubahan pada masa puber sudah mulai terjadi, anak-anak biasanya mulai menarik diri dari teman-teman dan dari berbagai kegiatan keluarga, juga sering bertengkar dengan sesama teman bermain. Anak puber lebih sering melamun, dan mulai bereksperimen seks melalui masturbasi.
b)      Bosan. Dengan datangnya masa puber, anak mulai merasa bosan dengan sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan atau hobi yang dilakukan pada masa sebelumnya. Pada masa puber ini biasanya terjadi penurunan prestasi belajar.
c)      Inkoordinasi. Anak akan mengalami ketidakseimbangan gerakan.
d)     Antagonisme sosial. Anak puber sering tidak mau kerja sama, sering membantah dan menentang. Permusuhan terbuka antara dua seks yang berlainan. Pada umumnya diungkapkan dengan kritik dan komentar-komentar yang cenderung merendahkan.
e)      Emosi yang meninggi. Kemurungan, merajuk, ledakan amarah yang berlebihan hanya dikarenakan oleh hal-hal sepele. Pada masa ini anak merasa khawatir, gelisah, sedih, cepat tersinggung, dan cepat marah.
f)       Hilangnya kepercayaan diri. Sebagai akibat terjadinya perubahan fisik pada diri anak pada masa puber ini mengakibatkan anak merasa rendah diri, lebih-lebih bagi anak yang sering mendapat kritik yang bertubi-tubi tentang dirinya.

Sikap dan perilaku anak yang berada dalam masa puber tersebut sering mengganggu tugas-tugas perkembangan anak pada fase berikutnya yaitu pada masa remaja, dan sebagai akibatnya anak akan mengalami gangguan dalam menjalani kehidupan pada masa remaja. Beberapa masalah yang dialami oleh remaja
a.       Masalah Emosi
Secara tradisional masa remaja dianggap sebagai periode “badai dan tekanan” suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Emosi remaja seringkali sangat kuat, tidak terkendali, dan kadang tampak irasional.
Sekolah sebagai lembaga formal yang diberi tugas dan tanggung jawab untuk membantu subjek didik menuju ke arah kedewasaan yang optimal harus mempunyai langkah-langkah konkrit untuk mencegah dan mengatasi masalah emosional ini. Dalam layanan bimbingan dsn konseling kelompok anak dapat berlatih bagaimana cara menjadi pendengar yang baik, bagaimana cara mengemukakan masalah, bagaimana cara mengendalikan diri. Melalui wahan kelompok siswa dapat berlatih mengendalikan diri.

b.      Masalah Penyesuaian Diri
Salah satu tugas yang paling sulit pada masa remaja adalah yang berhubungan dengan penyesuaian sosial. Untuk mencapai tujuan dari pola sosialisasi dewasa, remaja harus membuat banyak penyesuaian baru. Pada fase ini remaja lebih banyak diluar rumah bersama teman-temannya sebagai kelompok, maka pengaruh teman sebaya dalam segala pola perilaku, sikap, minat, dan gaya hidupnya lebih besar daripada pengaruh dari keluarga. Dalam keadaan demikian, remaja cenderung mengikutinya tanpa memperdulikan berbagai akibat yang akan menimpa dirinya. Kebutuhan akan penerimaan dirinya dalam kelompok sebaya merupakan kebutuhan yang  dianggap paling penting.
Untuk itu, maka sekolah harus ikut membantu tugas-tugas perkembangan remaja tersebut agar mereka tidak mengalami kesalahan dalam penyesuaian dirinya. Melalui penyediaan sarana dan prasarana serta fasilitas pembinaan baka dan minat yang baik, lewat kegiatan kurikuler maupun kokurikuler di sekolah, untuk mencegah dan mengatasi kesalahan pergaulan.

c.       Masalah Perilaku Seksual
Tugas perkembangan yang harus dilakukan oleh remaja sehubungan dengan kematangan seksualitasnya adalah pembentukan hubungan yang lebih matang dengan lawan jenis dan belajar memerankan peran seks yang diakuinya. Pada masa ini remaja sudah mulai tertarik pada lawan jenis, mulai bersifat romantis, yang diikuti oleh keinginan yang kuat unuk memperoleh dukungan dan perhatian dari lawan jenis, sebagai akibatnya, remaja mempunyai minat yang tinggi pada seks. Seharusnya mereka mencari atau memperoleh informasi mengenai seluk beluk seks dari orang tua, tetapi kenyataannya mereka lebih banyak mencari informasi dari sumber-sumber yang kadang tidak dapat dipertanggunggjawabkan yang kadang lebih menjurus ke pornografi. Sebagai akibatnya, dapat menimbulkan perilaku seks remaja yang apabila ditinjau dari segi moral dan kesehatan tidak layak untuk dilakukan, seperti ciuman, bercumbu, masturbasi, dan bersenggama. Bahkan hubungan seks di luar nikah dianggap “benar” apabila orang-orang yang terlibat saling mencintai dan saling merasa terikat. (Hurlock, 1980:229).

d.      Masalah Perilaku Sosial
Tanda-tanda masalah perilaku sosial pada remaja dapat dilihat dari adanya diskriminasi terhadap mereka yang berlatar belakang ras, agama, atau sosial ekonomi yang berbeda. Dengan pola-pola perilaku sosial seperti ini, maka dapat melahirkan geng-geng atau kelompok remaja, yang pembentukannya berdasarkan atas kesamaan latar belakang, agama, suku, dan sosial ekonomi. Pembentukan kelompok atau geng pada remaja tersebut dapat memicu terjadinya permusuhan antar kelompok atau geng. Untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah tersebut di atas, sekolah dapat menyelenggarakan kegiatan kelompok (baik kurikuler maupun kokurikuler) dengan tidak memperhatikan latar belakang suku, agama, ras, dan sosial ekonomi. Sekolah harus memperlakukan siswa secara sama, tidak membeda-bedakan siswa yang satu dengan yang lain.

e.       Masalah Moral
Masalah moral yang terjadi pada remaja ditandai oleh adanya ketidakmampuan remaja membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Hal ini dapat disebabkan oleh ketidakkonsistenan dalam konsep benar dan salah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya antar sekolah, keluarga, dan kelompok remaja. Ketidakmampuan mana yang benar dan mana yang salah dpat membawa malapetaka bagi kehidupan remaja pada khususnya dan pada semua orang pada umumnya.
Untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah yang demikian, maka sekolah sebaiknya menyelenggarakan berbagai kegiatan keagamaan, untuk meningkatkan budi pekerti

f.       Masalah Keluarga
Sering ditemukan berbagai masalah remaja yang penyebab utamanya adalah terjadinya kesalahpahaman antara anak dan orang tua. Seperti yang dikemukakan oleh Hurlock (1980:233) sebab-sebab umum pertentangan keluarga selama masa remaja adalah standar perilaku, metode disiplin, hubungan dengan saudara kandung, sikap yang sangat kritis pada remaja, dan masalah palang pintu.
Remaja sering menganggap standar perilaku orang tua yang kuno dan yang modern berbeda. Menurut remaja, orang tua yang mempunyai standar kuno harus mengikuti standar modern, sedangkan orang tua tetap pada pendiriannya semula. Keadaan inilah yang sering menjadi sumber perselisihan di antara mereka. Metode disiplin yang diterapkan oleh orang tua yang terlalu kaku dan cenderung otoriter dapat menimbulkan permasalahan dan pertentangan diantara remaja dan orang tua. Slah satu ciri remaja adalah dimilikinya sikap kritis terhadap segala sesuatu, namun bagi keluarga tertentu sering tidak menyukai sikap remaja yang terlalu kritis terhadap pola perilaku orang tua dan terhadap pola perilaku keluarga pada umumnya. Yang dimaksud dengan masalah palang pintu adalah peraturan keluarga tentang penetapan jam atau waktu pulang dan mengenai teman-teman dengan siapa remaja dapat berhubungan, terutama teman lawan jenis. Untuk mencegah dan mengatasi masalah tersebut,maka sekolah harus meningkatkan kerjasama dengan orang tua.
Prayitno (1994:42) mengelompokkan masalah siswa disekolah menengah menjadi 4 kelompok besar, yaitu masalah yang berhubungan dengan dimensi keindividualan, yaitu masalah yang berhubungan dengan dimensi kesosialan, masalah yang berhubungan dengan dimensi kesusilaan, dan masalah yang berhubungan dengan dimensi keberagamaan.
Jenis masalah yang (mungkin) diderita oleh individu amat bervariasi. Roos L. Mooney (dalam Prayitni,1994:238) mengidentifikasi 330 maslah yang digolongkan ke dlam 11 masalah, yaitu kelompok masalah yang berkenaan dengan :
1.      Perkembangan jasmani dan kesehatan                               (PJK)
2.      Keuangan,keadaan lingkungan, dan pekerjaan                  (KLP)
3.      Kegiatan sosial dan rekreasi                                               (KSR)
4.      Hubungan muda-muda, pacaran, perkawinan                   (HPP)
5.      Hubungan sosial kejiwaan                                                 (HSK)
6.      Keadaan pribadi kejiwaan                                                 (KPK)
7.      Moral dan agama                                                               (MDA)
8.      Keadaan rumah tangga                                                      (KRK)
9.      Masa depan pendidikan dan pekerjaan                              (MPP)
10.  Penyesuaian terhadap tugas-tugas sekolah                        (PTS)
11.  Kurikulum sekolah dan prosedur pengajaran                     (KPP)
Frekuensi dialaminya masalah-masalah tersebut juga bervariasi. Satu jenis masalah barangkali banyak dialami, sedangkan jenis masalah lain lebih jarang muncul. Frekuensi munculnya masalah-masalah itu diwarnai oleh berbagai kondisi pribadi dan lingkungan.

sumber : Mugiarso, Heru. 2010. Bimbingan dan Konseling. Semarang: UPT UNNES Press


Tidak ada komentar:

Posting Komentar